Minggu, 31 Januari 2016

Si Burung Besar yang Indah Menawan

Tahukah kalian burung apakah itu? Nah inilah sedikit cerita tentang mereka. Burung ini merupakan burung yang cukup menarik untuk kita ketahui. Jadi jangan bosan ya membacanya. J

Kerajaan          : Animalia
Filum               : Chordata
Kelas               : Aves
Ordo                : Struthioniformes
Famili              : Casuariidae
Genus              : Casuarius
Spesies            : Casuarius casuarius, Casuarius unappendiculatus dan Casuarius bennetti.
Kasuari merupakan sebangsa burung yang punya ukuran tubuh sangat besar dan tidak mampu terbang. Kasuari yang juga dilindungi di Indonesia dan juga menjadi fauna identitas provinsi Papua Barat. Burung ini terdiri atas tiga jenis (spesies). Ketiga spesies Kasuari yaitu Kasuari Gelambir Tunggal (Casuarius unappendiculatus), Kasuari Gelambir Ganda (Casuarius casuarius), dan Kasuari Kerdil (Casuarius bennetti).
Burung Kasuari merupakan burung besar yang indah menawan. Namun perlu kalian tahu, dibalik keindahan yang dimilikinya, burung Kasuari ini mempunyai sifat yang agresif dan cenderung galak jika diganggu. Burung bergenus Casuarius ini sangat galak dan pemarah dan tidak segan-segan mengejar ‘korban’ atau para pengganggunya. Wahh..ngeri juga ya. Karenanya di kebun binatangpun, Kasuari tidak dibiarkan berkeliaran bebas. Bahkan konon, The Guinnes Book of Records memasukkan burung Kasuari sebagai burung paling berbahaya di dunia. Meski untuk rekor ini saya belum dapat  melakukan verifikasi ke situs The Guinness Book of Records.
Kasuari merupakan burung endemik yang hanya hidup di pulau Papua dan sekitarnya, kecuali Kasuari Gelambir Ganda (Casuarius casuarius) yang dapat juga ditemukan di benua Australia bagian timur laut. Dalam bahasa Inggris, Kasuari Gelambir Ganda (Casuarius casuarius) disebut (Southern Cassowary), Kasuari Gelambir Tunggal (Casuarius unappendiculatus) disebut (Northern Cassowary) dan Kasuari Kerdil (Casuarius bennetti) disebut sebagai (Dwarf Cassowary).

Ini nih ciri-ciri dan tingkah laku mereka
Burung ini mempunyai ukuran tubuh yang berukuran sangat besar, kecuali Kasuari Kerdil (Casuarius bennetti) yang ukuran tubuhnya lebih kecil. Burung Kasuari tidak dapat terbang. Burung kasuari dewasa mempunyai tinggi mencapai 170 cm, dan memiliki bulu berwarna hitam yang keras dan kaku. Dan lagi di atas kepalanya, Kasuari memiliki tanduk yang tinggi berwarna kecokelatan. Burung betina serupa dengan burung jantan, dan biasanya berukuran lebih besar dan lebih dominan.
Yang ini nih yang berbahaya buat kita. Kaki burung Kasuari sangat panjang dan kuat. Kaki ini menjadi senjata utama burung langka dan dilindungi ini. Kaki burung Kasuari mampu menendang dan merobohkan musuh-musuhnya, termasuk manusia, hanya dengan sekali tendangan. Mungkin karena tendangan dan agresifitasnya ini tidak berlebihan jika kemudian The Guinness Book of Records menganugerahinya sebagai burung paling berbahaya di dunia. Pada Kasuari Gelambir Ganda terdapat dua buah gelambir berwarna merah pada lehernya dengan kulit leher berwarna biru.. Sedangkan pada Kasuari Gelambir Tunggal (Casuarius unappendiculatus), sesuai namanya hanya mempunyai satu gelambir.
Burung ini juga termasuk satwa yang dilindungi dari kepunahan ini memakan buah-buahan yang jatuh dari pohonnya. Burung Kasuari biasa hidup sendiri, dan berpasangan hanya pada saat musim kawin saja. Uniknya, anak burung dierami oleh Kasuari jantan.
Meskipun Kasuari memiliki tubuh yang besar, namun ternyata tidak banyak yang diketahui tentang burung endemik papua ini. Apalagi untuk spesies Kasuari Gelambir Tunggal (Casuarius unappendiculatus) dan Kasuari Kerdil (Casuarius bennetti).

Berikut Habitat dan Penyebaran
Burung Kasuari Gelambir Tunggal (Casuarius unappendiculatus) dan Kasuari Kerdil (Casuarius bennetti) merupakan satwa endemik pulau Papua (Indonesia dan Papua New Guinea), sedangkan Kasuari Gelambir Ganda (Casuarius casuarius) selain di pulau Papua juga terdapat di pulau Seram (Maluku, Indonesia) dan Australian bagian timur laut. Burung Kasuari mempunyai habitat di daerah hutan dataran rendah termasuk di daerah rawa-rawa.
Populasi burung Kasuari tidak diketahui dengan pasti namun diyakini dari hari ke hari semakin mengalami penurunan. Karena itu IUCN Redlist memasukkan burung Kasuari Gelambir Ganda (Casuarius casuarius) dan Kasuari Gelambir Tunggal (Casuarius unappendiculatus) dalam status konservasi Vulnerable (Rentan) sejak tahun 1994. Sedang Kasuari Kerdil (Casuarius bennetti) diberikan status konservasi Near Threatened (Hampir Terancam). Ancaman kepunahan burung Kasuari lebih karena perburuan baik untuk mendpatkan daging, bulu ataupun telurnya. Yahh kasihan banget ya mereka. kalian jangan ikut-ikutan mereka ya. Kita harus menjadi penjaga populasi mereka dan melindungi mereka dari ancaman pihak yang tidak bertanggung jawab.


Burung Enggang Khas Indonesia

Hallo semuanya...Disini aku akan membagi informasi menarik seputar burung Enggang, tentunya yang berasal dari Indonesia. Semoga informasi ini bisa bermanfaat untuk kalian. Selamat membaca J
Kerajaan          : Animalia
Filum               : Chordata
Kelas               : Aves
Ordo                : Bucerotiformes
Famili              : Bucerotidae
Negara Indonesia merupakan negara yang cukup banyak memiliki jenis burung seperti halnya burung Rangkong. Dari 57 spesies burung Rangkong yang terdapat di seluruh dunia tepatnya tersebar di Asia dan Afrika ,ternyata 14 diantaranya terdapat di Indonesia. Keanekaragaman burung Rangkong itu makin terasa lantaran tiga jenis diantaranya merupakan endemik Indonesia yang tidak terdapat di negara lain.Waww...kita patut bersyukur lagi tuh.
Burung dikenal juga sebagai Julang, Enggang, dan Kangkareng atau dalam bahasa Inggris disebut Horbbill merupakan nama burung yang tergabung dalam suku Bucerotidae. Burung ini mempunyai ciri khas yaitu terdapat pada paruhnya yang mempunyai bentuk menyerupai tanduk sapi. Burung ini memiliki nama ilmiahnya, “Bucerotidae” yang mempunyai arti “tanduk sapi” dalam bahasa Yunani.
Berikut ketiga Rangkong atau Enggang endemik Indonesia adalah:
  • Rangkong Sulawesi atau Julang Sulawesi Ekor Hitam (Rhyticeros Cassidix) : Rangkong jenis ini merupakan satwa endemik pulau Sulawesi dan sekaligus menjadi fauna identitas Sulawesi Selatan. Satwa yang nama ilmiahnya bersinonim dengan Aceros cassidix ini oleh masyarakat setempat lebih dikenal atau biasa dipanggil juga sebagai Rangkong Buton, Burung Taonn, Burung Alo.
  • Julang Sulawesi Ekor Putih atau Kangkareng Sulawesi (Penelopides exarhatus): Julang Sulawesi Ekor Putih merupakan endemik pulau Sulawesi
  • Julang Sumba (Rhyticeros averitti): Julang Sumba merupakan satwa endemik Sumba, Nusa Tenggara Barat. Selain disebut Julang Sumba burung ini juga disebut Goanggali, Nggokgokka, atau Rangkong Sumba.
Dan perlu kalian ketahui, selain ketiga Rangkong endemik yang terdapat di Sulawesi dan Sumba tersebut masih terdapat jenis-jenis Rangkong lainnya yang ternyata tersebar di Papua, Kalimantan, dan Sumatera. Inilah jenis-jenis itu diantaranya:
1.   Kangkareng Perut-putih atau Burung Kelingking (Anthracoceros albirostris)
2.  Kangkareng Hitam atau Enggang Gatal Birah atau Burung Kekek (Anthracoceros malayanus)
3.  Enggang Cula atau Rangkong Badak atau Burung Tahun-tahun (Buceros rhinoceros)
4.  Enggang Papan atau Rangkong Papan (Buceros bicornis)
5.  Enggang Gading atau Rangkong Gading atau Enggang Terbang Mentua (Rhinoplax vigil)
6.   Enggang Klihingan atau Enggang Konde atau Julang Jambul Abu-abu atau Burung Arau atau
    Burung Belukar (Anorrhinus galeritus)
7.   Enggang Jambul atau Enggang Jambul Putih (Berenicornis comatus)
8.   Julang Jambul Hitam atau Enggang Berkedut (Aceros corrugatus)
9.  Julang Emas atau Julang Mas atau Enggang Musim atau Enggang Gunung (Rhyticeros undulatus)
10.Rangkong Dompet (Rhyticeros subruficollis)
11. Rangkong Dompet (Rhyticeros plicatus)


Ini nih yang tidak boleh dilupakan, kalian tahu Enggang Gading atau Enggang Terbang Mentua (Rhinoplax vigil) merupakan satwa yang dijadikan maskot (fauna identitas) Kalimantan Barat. Sedangkan Rangkong Papan (Buceros bicornis) merupakan jenis Rangkong yang paling besar yang memiliki panjang tubuh mencapai 160 cm. Waww lagi tuh..
Disini ayo kita kenali mereka:
Dilihat dari segi umum burung Rangkong atau Enggang mempunyai ciri khas berupa paruh yang sangat besar menyerupai tanduk. Di Indonesia, ukuran tubuh Rangkong sekitar 40 – 150 cm, dengan rangkong terberat mencapai 3.6 Kilogram. Umumnya warna bulu Rangkong didominasi oleh warna hitam (bagian badan) dan putih pada bagian ekor. Sedangkan warna bagian leher dan kepala cukup bervariasi. Ciri khas burung rangkong lainnya adalah suara dari kepakan sayap dan suara “calling”, seperti yang dipunyai Rangkong Gading (Buceros vigil) dengan “calling” seperti orang tertawa terbahak-bahak dan dapat terdengar hingga radius 3 Km.
Burung Rangkong tersebar mulai dari daerah sub-sahara Afrika, India, Asia Tenggara, New Guinea dan Kepulauan Solomon Sebagian besar hidup di hutan hujan tropis. Rangkong banyak ditemukan di daerah hutan dataran rendah dan perbukitan (0 – 1000 m dpl). Makanan Rangkong terutama buah-buahan dan sesekali binatang2 kecil seperti kadal, kelelawar, tikus, ular dan berbagai jenis serangga.
Yang disayangkan, makin hari populasi Rangkong di Indonesia makin menurun. Hal ini disebabkan oleh berkurangnya kawasan (habitat) sebagai akibat deforestasi hutan, berkurangnya makanan dan tempat bersarang, dan perburuan Rangkong. Huhhh ini pasti ulah manusia lagi, manusia memang selalu kurang dengan nikmat yang telah mereka dapatkan dan ingin memperoleh lebih dengan jalan yang salah. Dan  terkadang mereka tidak sadar telah menyakiti makhluk lain. Semoga kita tidak menjadi manusia yang seperti itu.

Referensi: http://www.iwf.or.id; rangkongs.co.cc; wikipedia; zipcodezoo.com;



Jumat, 29 Januari 2016

Burung Madu Sangihe Si Pematah Leher

Loh....apaan tuh..pematah leher...nahh loh penasarankan? Langsung saja ayo kita baca ulasannya..pelan-pelan saja ya J


Burung Madu Sangihe yang kerap dianggap sebagai burung pematah leher oleh para birdwatcher (pengamat burung). Hal ini lantaran burung pemakan madu yang endemik pulau Sangihe, Sulawesi ini sulit diamati terutama saat memakan madu di tajuk-tajuk pohon yang tinggi. Sehingga setelah mengamati burung ini dijamin leher pasti akan kaku lantaran terlalu lama mendongak. Ohh ternyata begitu toh kenapa mereka bisa dijuluki burung pematah leher, lucu dehh.
Burung Madu Sangihe yang mempunyai lama latin Aethopyga duyvenbodei merupakan burung endemik pulau Sangihe, Sulawesi Utara. Burung ini termasuk satu diantara burung langka Indonesia yang berstatus endangered (terancam punah). Bahkan, lantaran persebarannya yang terbatas di pulau Sangihe dan beberapa pulau sekitarnya, burung pemakan madu ini pernah dianggap sebagai burung paling langka di kawasan Wallacea (Indonesia bagian tengah). Burung ini dikenal dalam bahasa Inggris sebagai Elegant Sunbird atau Sanghir Sunbird. Sedangkan dalam bahasa latin (ilmiah) didiskripsikan sebagai Aethopyga duyvenbodei (Schlegel, 1871).
Dan ini sedikit deskripsinya. Burung ini berukuran kecil sekitar 12 cm. Burung jantan memiliki bulu bagian kepala atas berwarna hijau metalik dan biru, sekitar telinga berwarna ungu kebiruan sedangkan bagian punggung berwarna kekuningan, dan tunggir dan tenggorokan kuning. Burung Madu Sangihe (Aethopyga duyvenbodei) betina bagian atasnya berwarna zaitun kekuningan, sedangkan bagian tunggir, tenggorokan, dan bagian bawah berwarna kuning. Paruhnya relatif panjang dan melengkung.
Ukuran Elegant Sunbird yang kecil dan gerakannya gesit sehingga terkadang sulit diamati. Burung ini sering kali di dapati sendiri atau hidup berpasangan. Terkadang juga dalam kelompok-kelompok kecil. Selain memakan madu burung ini juga makan serangga dan laba-laba. Suara burung ini belum terdiskripsikan dengan pasti tapi cenderung tinggi. Persebaran burung Madu Sangihe terbatas (endemik) di pulau Sangihe dan pulau-pulau sekitar di Sulawesi Utara. Beberapa lokasi yang tercatat sebagai habitat burung ini antara lain Gunung Awu, Pegunungan Sahendaruman, Tabukanlama, Petta, Tahuna, Ulung Peliang dan Kedang.


 Habitat yang disukai burung Madu Sangihe (Aethopyga duyvenbodei) antara lain hutan primer, perkebunan campuran di tepi hutan dan hutan sekunder, semak-semak, mulai dari dataran rendah hingga ketinggian sekitar 1000 m dpl. Populasi burung endemik Sulawesi Utara ini semakin hari semakin menurun. Menurut data http://www.birdlife.org (2002) berdasarkan penlitian lapangan pada 1998-1999, populasinya diperkirakan berkisar antara 18.900-43.800 ekor. Penurunan populasi ini diakibatkan oleh deforestasi hutan akibat perambahan hutan dan alih fungsi hutan.
Mengingat daerah sebarannya yang terbatas dan jumlah populasinya yang semakin menurun, IUCN Redlist menetapkan Burung Madu Sangihe (Elegant Sunbird) dalam status konservasi endangered (terancam punah). Oleh pemerintah Indonesia, burung ini juga termasuk dalam burung yang dilindungi berdasarkan PP No. 7 Tahun 1999.
Kesimpulannya,bagi kalian-kalian yang masih ingin melihat keindahan dan kelincahan Burung Madu Sangihe selain harus datang ke pulau Sangihe perlu juga menyiapkan tukang pijat, hehe. Karena saat mengamati burung ini leher bisa terasa seperti patah lantaran terlalu lama mendongak ke atas. Dan lagi kalian juga harus ikut serta melindungi mereka. O.K J

Referensi dan gambar:

Si Sempidan Sang Penghuni Hutan Primer




Waww....kali ini aku akan membahas satu hewan yang jarang orang tau (kecuali yang tahu ©©) beneran burung yang satu ini cantik ( menurutku sih J ). Jadi kalian juga harus tahu. O.K.Selamat membaca...

Sempidan Kalimantan (Lophura bulweri), juga termasuk suku Phasianidae yang hidup di permukaan tanah. Bersarang di tanah, tetapi tidur di pohon. Sayap pendek membulat, ekor umumnya panjang. Jantan biasanya sangat indah, sedangkan betina berwarna suram (untuk menyamar). Beberapa jenis mempunyai suara nyaring bersih. Banyak jenis yang menggunakan sayap untuk membuat bunyi mendengung atau menunjukkan gerakan bergoyang. Kebanyakan jantannya mempunyai taji pada kaki. Terbang hanya untuk jarak pendek, tetapi dapat berlari dengan baik.

Memiliki ukuran yang besar dan indah (jantan 77-80 cm, betina 55 cm). Jantan memiliki pial muka biru dan panjang, ekor putih melengkung berkembang. Tubuhnya hitam kebiruan dengan pinggiran bulu biru. Betina berwarna cokelat suram berbintik-bintik, kulit muka biru. Paruhnya berwarna tanduk gelap, kaki dan tungkai merah, jantannya bertaji kecil. Pada musim bercumbu mengeluarkan dengingan dan ratapan menusuk. Hanya dapat ditemukan di Pulau Kalimantan.

Menghuni hutan pegunungan primer dan hutan pegunungan bawah pada ketinggian 150-1.500 m. Terbatasnya penelitian lapangan yang dilakukan menyimpulkan bahwa Sempidan Kalimantan termasuk jenis yang suka berpindah-pindah. Burung ini sangat bergantung pada hutan dataran rendah, terutama untuk mencari makan, dan setelah berbiak burung ini kembali ke daerah pegunungan. Burung ini mungkin tidak akan menampakkan diri di area yang sama selama bertahun-tahun.

Diperkirakan jumlah totalnya antara 2.500-10.000 ekor dan terus mengalami penurunan. Ancaman utama terhadap burung ini adalah hilangnya habitat hutan akibat adanya kegiatan penebangan hutan komersial berskala besar, pembukaan hutan untuk dijadikan perkebunan karet dan kelapa sawit, kebakaran hutan, serta diperparah oleh kegiatan perburuannya untuk dikonsumsi. Diyakini pula bahwa akibat kegiatan pembukaan hutan tersebut akan memutuskan jalan menuju daerah untuk mencari makannya, dan demikian akan menurunkan kemampuan berbiaknya. Statusnya kini adalah rentan. (IUCN) yah..sayang bangetkan. Apakan kalian rela jika hewan secantik ini punah? Tidak bukan. Jadi sebaiknya kita bisa membatasi atau bahkan menghilangkan ego kita, sehingga kita tidak  merusak habitat mereka.



Si Burung Unik “Maleo”


Artikel kali ini aku akan membahas keunikan salah satu burung dari pulau Sulawesi. Tapi kalian jangan khawatir burung yang satu ini tetap burung endemik dari Indonesia kok. Nah jangan bosan-bosan ya membacanya...kalian gak bakalan rugi kok...malahan kalian akan mendapat sedikit ilmu... [J]

Burung maleo  atau sering juga disebut maleo senkawor adalah burung endemik (hanya hidup secara alami di suatu kawasan) di Pulau Sulawesi. Burung ini punya keunikan yang lucu lo! Ini dia keunikannya...

Burung ini endemik di hutan tropis dataran rendah pulau Sulawesi seperti di Gorontalo (Bone Bolango dan Pohuwato) dan Sulawesi Tengah (Sigi dan Banggai). Sejauh ini, ladang peneluran hanya ditemukan di daerah yang memliki sejarah geologi yang berhubungan dengan lempeng pasifik atau Australasia. Nama ilmiahnya adalah Macrocephalon maleon  yang berarti kepala besar. Burung maleo memiliki tonjolan besar di atas kepala yang berfungsi untuk mendeteksi panas guna menetaskan telurnya.

















Konon setelah burung maleo ini bertelur, ia langsung pingsan! Lucu kan? Maleo bersarang di daerah pasir yang terbuka, daerah sekitar pantai gunung berapi dan daerah-daerah yang hangat dari panas bumi untuk menetaskan telurnya. Besar telurnya kira-kira 5 hingga 8 kali lebih besar dari telur ayam kampung. Subhanallah.... apakah kalian bisa membayangkan  bukan betapa besarnya telur burung ini? 

Dan lagi, sesaat setelah menetas, anak burung Maleo sudah bisa langsung terbang! Benar-benar berkat kuasa dari-Nya. Berbeda dari anak burung lainnya, anak burung maleo setelah menetas bulu sayapnya sudah seperti unggas dewasa. Hal ini karena kandungan nutrisi di dalam telur maleo lima kali lipat dari telur unggas biasa.

Makanan burung maleo terdiri dari aneka biji-bijian, buah, semut, kumbang serta berbagai jenis hewan kecil anas bumi untuk menetaskan telurnya. Sementara itu pemangsa mereka adalah ular, soa-soa atau biasa disebut biawak, kucing, anjing, babi, dan tikus. Selain itu, manusia juga paling sering mengambil telur maleo dan memburunya.

Tidak heran jika populasi burung maleo di Sulawesi mengalami penurunan sebesar 90% semenjak tahun 1950-an. Berdasarkan pantauan di Cagar Alam Panua, Gorontalo dan juga pengamatan di Tanjung Matop, Tolitoli, Sulawesi Tengah, jumlah populasi dari maleo terus berkurang dari tahun ke tahun. Jumlahnya sekarang ini diperkirakan kurang dari 10 ribu ekor. Makanya, satwa ini dinyatakan sebagai satwa yang dilindungi. Bersyukurnya kita, karena pada akhirnya, Pemerintah membuat pantai khusus untuk konservasi atau penyelamatan Burung Maleo  seluas 14 hektar yang terletak di Tanjung Binerean, Sulawesi Utara. Hal ini dilakukan agar kelak semua orang bisa menikmati keunikan burung Maleo . Amin...



Si Burung Anis Paruh Jingga


Kerajaan          : Animalia.
Filum               : Chordata.
Kelas               : Aves.
Ordo                : Passeriformes.
Famili              : Turdidae.
Genus              : Cataponera.
Spesies            : Cataponera turdoides Hartert,1896.

Kali ini aku akan membahas salah satu burung yang jarang atau bahkan sulit kalian temukan dipulau jawa. Kalian tahu apa penyebabnya? Belum tahu kan....inilah sedikit ulasannya. Dibaca baik-baik ya... agar pengetahuan kalian tentang satwa Indonesia bertambah dan tentunya membuat kalian semakin bangga menjadi bagian dari bangsa Indonesia [ J ].

Burung berparuh jingga yang memiliki nama Anis Sulawesi (Cataponera turdoides) merupakan salah satu burung pengicau dari famili Turdidae. Perlu kalian ketahui burung yang satu ini juga merupakan burung endemik Indonesia yang hanya bisa kalian temukan di pulau Sulawesi lho. Meskipun orang lebih mengenal Anis Merah (Zoothera citrina) ketimbang Anis Sulawesi.

Nama latin hewan ini adalah Cataponera turdoides Hartert, 1896. Burung satu-stunya anggota genus Cataponera ini dalam bahasa Inggris dikenal dengan sebutan Sulawesi Thrush atau Celebes Mountain Thrush.

Ini ciri-cirinya. Burung Anis Sulawesi atau Sulawesi Thrush ini berukuran sedang dengan panjang tubuhnya berkisar antara 20-25 cm. Bulu tubuhnya secara umum terlihat berwarna coklat dan seperti bertudung. Mahkota berwarna coklat tua dengan garis berwarna hitam di atas mata. Paruh dan lingkaran mata berwarna jingga. Termasuk kulit kaki yang juga berwarna jingga.

Yang tidak kalah penting, seperti yang telah disebutkan diatas, Burung pengicau ini hanya bisa dijumpai di pulau Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulwesi Tengah, dan Sulawesi Barat. Hingga saat ini diakui empat subspesies (ras) burung Anis Sulawesi, yaitu:
  1. Cataponera turdoides abditiva Riley, 1918
  2. Cataponera turdoides heinrichi Stresemann, 1938
  3. Cataponera turdoides tenebrosa Stresemann, 1938
  4. Cataponera turdoides turdoides Hartert, 1896
Habitat mereka berada dihutan pegunungan dataran tinggi pada ketinggian antara 1100 hingga 2400 meter dpl. Biasanya mereka ditemukan hidup sendiri atau dalam kelompok kecil yang terdiri kurang dari empat individu. Kadang juga bercampur dengan burung-burung jenis lainnya. Makanan mereka adalah buah-buahan.


Populasi burung Anis Sulawesi (Cataponera turdoides) secara keseluruhan belum diketahui dengan pasti. Meskipun merupakan burung endemik dengan daerah persebaran yang terbatas namun Birdlife International meyakini populasinya masih aman. Sehingga Daftar Merah IUCN memasukkannya dalam kategori spesies Least Concern (Resiko Rendah). Di Indonesia, Anis Sulawesi tidak termasuk burung yang dilindungi. Pun tidak terdaftar dalam Appendix CITES.

Nah inilah satu lagi kekayaan Indonesia yang perlu kita jaga. Kita sebagai generasi muda harus mencintai bumi pertiwi ini dan mau ikut serta dalam menjaga ekosistem dan segala isinya agar kelak anak cucu kita bisa merasakan apa yang kita rasakan.

Referensi dan gambar:
www.kutilang.or.id/burung/konservasi/anis-sulawesi

http://media3.picsearch.com/is?OOT9T5rnJP14nyp67tsu6zAu4c_c1VtXCmQP7V3ulOc&height=341

Sabtu, 23 Januari 2016

Si Burung Surga


      Kerajaan          : Animalia
      Filum               : Chordata
          Class                : Aves
          Ordo                : Passeriformes
          Famili              : Paradisaeidae
          Genus              : Paradisaea

Mungkin kalian tidak asing lagi mendengar atau melihat burung yang satu ini.  Burung ini merupakan salah satu fauna yang patut dilestarikan keberadaannya.
Top of Form
Bottom of Form
Burung Cendrawasih ini bisa kita jumpai di Indonesia bagian timur, Papua Nugini, dan Australia timur. Kalian tahu burubg cantik ini mempunyai 14 genus dan sekitar 43 spesies. Dan yang patut kita banggakan adalah 30-an spesies mereka bisa ditemukan di Indonesia. Woww...sebuah nikmat Allah yang tidak terkira dan sangat patut untuk kita jaga.
Oya...perlu diketehui, oleh masyarakat Papua, burung ini dipercaya sebagai titisan bidadari dari surga. Ini karena dulunya mereka dianggap sebagai burung cantik tetapi tidak berkaki. Mereka tidak akan turung ke tanah tetapi hanya berada di udara saja lantaran bulu-bulunya yang indah. Hingga kemudian burung Cenderawasih terkenal sebagai Bird of Paradise atau Burung Surga (Kayangan).

Inilah beberapa jenis dan karakteristik burung cenderawasih:

  •     Cendrawasih Raggiana (Paradisaea raggiana)
Burung-burung Cendrawasih mempunyai ciri khas lho, bulunya yang indah yang dimiliki oleh burung jantan. Umumnya bulunya umumnya berwarna cerah dengan kombinasi beberapa warna seperti hitam, cokelat, kemerahan, oranye, kuning, putih, biru, hijau dan ungu.
Ukuran burung Cenderawasih beraneka ragam. Mulai dari yang berukuran 15 cm dengan berat 50 gram seperti pada jenis Cendrawasih Raja (Cicinnurus regius), hingga yang berukuran sebesar 110 cm Cendrawasih Paruh Sabit Hitam (Epimachus albertisi) atau yang beratnya mencapai 430 gram seperti pada Cendrawasih Manukod Jambul-bergulung (Manucodia comrii).
Keindahan bulu Cendrawasih jantan digunakan untuk menarik perhatian lawan jenis. Untuk ‘merayu’ betina agar bersedia diajak kawin, burung jantan akan memamerkan bulunya dengan melakukan tarian-tarian indah. Sambil bernyanyi di atas dahan, pejantan bergoyang dengan berbagai gerakan ke berbagai arah. Bahkan terkadang hingga bergantung terbalik bertumpu pada dahan. Namun, tiap spesies Cendrawasih tentunya punya tipe tarian tersendiri.
Burung Cendrawasih mempunyai habitat hutan lebat yang umumnya di daerah dataran rendah. Burung dari surga ini dapat dijumpai di beberapa pulau di Indonesia bagian timur seperti Maluku dan Papua. Selain itu juga dapat ditemukan di Papua Nugini dan Australian Timur. Sedangkan Cenderawasih betina cenderung berukuran lebih kecil dengan warna bulu yang tidak seindah dan sesemarak warna cenderawasih jantan. 
Warna yang dimiliki burung surga ini bermacam-macam dan menjadi salah satu indikator pengelompokan jenis mereka. Kabarnya, Indonesia adalah negara dengan jumlah spesies cendrawasih terbanyak. Diduga terdapat sekira 30 jenis cendrawasih di Indonesia, 28 jenis diantaranya dapat ditemukan di Papua. Burung cenderawasih mati kawat (Seleucidis melanoleuca) adalah jenis yang menjadi maskot atau identitas Provinsi Papua. Selain menjadi maskot Papua, masyarakat di Papua juga sering menggunakan bulu cenderawasih sebagai pelengkap atau hiasan dalam pakaian adat mereka.
Dan kalian tahu,sebab keindahan bulunya ini , keberadaan burung cenderawasih kini kian lama kian terancam. Perburuan dan penangkapan liar untuk tujuan perdagangan serta kerusakan habitat hidup di alam bebas menjadi beberapa penyebab utama kian langkanya burung ini. Bahkan di akhir abad 19 dan awal abad 20, bulu cenderawasih marak diperdagangkan karena menjadi trend penghias topi wanita di Eropa. Tapi kini burung cantik yang eksotis ini dikategorikan sebagai jenis satwa yang dilindungi. 
Di Indonesia sendiri, beberapa jenis cenderawasih diantaranya cendrawasih kuning kecil, cendrawasih botak, cendrawasih raja, cendrawasih merah, dan toowa telah masuk dalam daftar jenis satwa yang dilindungi berdasarkan UU No 5 Tahun 1990 dan PP No 7 Tahun 1999. Pemanfaatan bulu burung cenderawasih masih diperbolehkan hanya untuk kepentingan masyarakat lokal dalam menghiasi pakaian adat mereka. Itu pun tentu tidak secara berlebihan dan untungnya masyarakat Papua memiliki kearifan lokal dan adat untuk turut menjaga kelestarian burung ini. 

  •      Lesser bird of paradise (Paradisaea minor)
Diantara sekian banyak jenis cenderawasih, mungkin burung ini yang paling dikenal kebanyakan orang. Burung ini memiliki warna merah kecoklatan dengan mahkota kuning dan punggung atas kuning kecoklatan. Burung jantan jenis ini memiliki tenggorokan berwarna hijau  zamrud tua, sepasang ekor yang panjang dan dihiasi dengan bulu hiasan sayap yang berwarna kuning dan putih. Habitat asli burung ini terdapat hampir di seluruh hutan bagian utara Papua Nugini dan juga pulau-pulau sekitar, seperti Pulau Misool dan Yapen.

  •         Cenderawasih Merah atau Red bird of paradise (Paradisaea rubra)
Dinamakan cendrawasih merah sebab burung ini memiliki warna bulu dominan merah darah. Kombinasi warna lain tampak pada bagian muka; bulu muka warna gelap, memiliki semacam mahkota atau jambul berwarna hijau zamrud, paruh dan sedikit di bawah leher berwarna kuning terang. Pada bagian ekornya terdapat dua buah bulu memanjang serupa tali atau pita berbentuk pilin ganda berwarna hitam. Cenderawasih merah hanya terdapat di hutan dataran rendah, di antaranya di Pulau Waigeo dan Batanta, Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat. 
Di Desa Sawinggrai yang terletak di Distrik Meos Mansar, cenderawasih merah merupakan ikon khas desa kecil ini. Di desa tersebut, Anda dapat menyaksikan langsung burung jenis ini di habitat asli melakukan atraksi menari pada jam-jam tertentu, yaitu pada pagi dan petang hari di musim kawin. 

  •     Lawes’s Parotia (Parotia Lawesii)
Sekilas postur burung jantan jenis ini mirip dengan perkutut, hanya saja ia berwarna hitam dengan kening putih dan mata berwarna biru gelap. Tengkuknya berwarna biru; sedikit di bagian dada atas (mulai dari bawah paruh) berwarna perpaduan hijau dan emas. Ciri khas yang mencolok dari jantan burung jenis ini adalah adanya tiga bulu memanjang yang tumbuh dari ujung tiap matanya (masing-masing 3 helai). Sementara itu, burung betinanya berwarna coklat dan mata berwarna kuning gelap.

  •     King of Saxony bird of paradise (Pteridophora alberti)
King of Saxony bird of paradise adalah jenis burung pengicau yang terbilang kecil sebab memiliki panjang sekira 22 cm.  Burung jantan berwarna hitam dan kuning tua. Bulu mantel dan punggungnya tumbuh memanjang berbentuk serupa tudung berwarna hitam. Pada bagian mulai dari dada hingga ke perut berwarna putih kekuningan. Iris matanya berwarna coklat tua dan paruhnya berwarna hitam dengan bagian dalam mulut berwarna hijau laut. Yang membuatnya atraktif dan eksotis adalah adanya dua helai bulu kawat bersisik yang berwarna biru langit mengilap yang tumbuh mulai dari wajahnya. Panjangnya dapat mencapai 40 cm, seolah tak seimbang dengan tubuhnya yang kecil.
Sementara burung betinanya berwarna abu-abu kecoklatan dengan garis-garis dan bintik gelap. Burung betina tidak “mengenakan” mantel dan tidak memiliki bulu kawat yang memanjang. Burung betina berukuran lebih kecil ketimbang burung jantan.

  •     Wilson’s bird of paradise (Cicinnurus respublica)
Jantan Wilson’s Bird of Paradise yang berukuran kecil sekira 21 cm ini berwarna perpaduan merah darah dan hitam. Ia “mengenakan”  jubah kecil berwarna kuning terang di bagian tengkuk. Pada bagian kepala, ia seolah memakai penutup kepala berwarna biru langit, sedikit lebih terang dibandingkan warna kakinya yang juga biru. Selain perpaduan warna yang menarik, keunikan burung ini adalah memiliki dua bulu ekor yang berwarna ungu dan bentuknya melengkung serupa sulur. Sedangkan pada burung betina memiliki warna kecoklatan dan bermahkota biru.
Selain burung cenderawasih di atas, masih banyak jenis lain dengan warna dan variasi bulunya bermacam-macam dan tak kalah cantik. Semoga burung dari surga ini tidak akan menjadi semacam dongeng untuk generasi penerus karena tindakan tidak bertanggung jawab manusia yang mengancam kelestariannya.

  •     Cendrawasih Kuning Besar (Paradisaea apoda)
Jenis-jenis Burung Cendrawasih. Cenrawasih terdiri atas 13 genus yang mempunyai sekitar 43 spesies (jenis). Indonesia merupakan negara dengan jumlah spesies Cendrawasih terbanyak. Diduga sekitar 30-an jenis Cendrawasih bisa ditemukan di Indonesia. Dan 28 jenis diantaranya tinggal di pulau Papua.

Woww....inilah Beberapa jenis Cendrawasih yang terdapat di Papua, Maluku PNG dan Australis  diantaranya adalah:

     1. Cendrawasih Raja (Cicinnurus regius)
2. Cendrawasih Gagak (Lycocorax pyrrhopterus); endemik Maluku.
3.  Cendrawasih Panji (Pteridophora alberti); Papua
4.  Cendrawasih Kerah (Lophorina superba); Papua
5.  Cendrawasih Paruh-sabit Kurikuri (Epimachus fastuosus); Papua.
6.  Cendrawasih Botak (Cicinnurus respublica); endemik pulau Waigeo, Raja Ampat.
7.  Cendrawasih Raja (Cicinnurus regius); Papua dan pulau sekitar.
8. Cendrawasih Belah Rotan (Cicinnurus magnificus); Papua (Indonesia dan Papua                 Nugini).
9.    Bidadari Halmahera (Semioptera wallacii); endemik Maluku.
10. Cendrawasih Mati Kawat (Seleucidis melanoleuca); Papua.
11. Cendrawasih Kuning Kecil (Paradisaea minor); Papua (Indonesia dan Papua Nugini).
12. Cendrawasih Kuning Besar (Paradisaea apoda); Papua (Indonesia dan Papua Nugini).
13. Cendrawasih Raggiana (Paradisaea raggiana); Papua (Indonesia dan Papua Nugini).
14. Cendrawasih Merah (Paradisaea rubra); endemik pulau Waigeo, Indonesia.
15. Toowa Cemerlang (Ptiloris magnificus); Indonesia, Papua Nugini, dan Australia.
16. Manukodia Mengkilap (Manucodia ater); Indonesia dan Papua Nugini.
17. Paradigala Ekor-panjang (Paradigalla carunculata); Papua.
18. Astrapia Arfak (Astrapia nigra); endemik Papua, Indonesia.
19. Parotia Arfak (Parotia sefilata); endemik Papua, Indonesia.
20. Pale-billed Sicklebill (Drepanornis bruijnii); Indonesia dan Papua Nugini.

Yang Wawwnya lagi Burung Cendrawasih Mati Kawat (Seleucidis melanoleuca) ditetapkan menjadi Fauna Identitas provinsi Papua. Dan beberapa jenis seperti Cendrawasih Raja, Cendrawasih Botak, Cendrawasih Merah, Toowa, dan Cendrawasih Kuning Kecil, telah masuk dalam daftar jenis satwa yang dilindungi berdasarkan UU No 5 Tahun 1990 dan PP No 7 Tahun 1999. Waww banget kan... semakin bangga deh sama Indonesia.
Tapi sayangnya populasi burung Cendrawasih semakin hari semakin terancam dan langka. Dan perlu kalian ketahui ini semua akibat perburuan dan perdagangan liar yang terus berlangsung. Dan kalian tahukan perbuatan siapakah itu? Yapp MANUSIA yang gak pernah puas untuk mengeksploitasi bumi ini dan terkadang merusak habitat mereka...sayang bangetkan...kasihan cucu-cucu kita nanti kalau hanya bisa mendengar cerita Burung Cendrawasih lewat dongeng. Oleh karena itu ayo kita bersama-sama melindungi populasi mereka. SEMANGAT

Sumber: http://alamendah.org/2011/02/14/burung-cendrawasih-burung-surga-bird-of-paradise/
http://www.anneahira.com/images_wp/fauna-indonesia-barat.jpg