Loh....apaan tuh..pematah
leher...nahh loh penasarankan? Langsung saja ayo kita baca
ulasannya..pelan-pelan saja ya J

Burung Madu Sangihe yang kerap dianggap sebagai burung pematah leher oleh
para birdwatcher (pengamat burung). Hal ini lantaran burung pemakan madu
yang endemik pulau Sangihe, Sulawesi ini sulit diamati terutama saat memakan
madu di tajuk-tajuk pohon yang tinggi. Sehingga setelah mengamati burung ini
dijamin leher pasti akan kaku lantaran terlalu lama mendongak. Ohh ternyata
begitu toh kenapa mereka bisa dijuluki burung pematah leher, lucu dehh.
Burung Madu Sangihe yang mempunyai lama latin Aethopyga
duyvenbodei merupakan burung endemik pulau Sangihe, Sulawesi Utara.
Burung ini termasuk satu diantara burung langka Indonesia yang berstatus
endangered (terancam punah). Bahkan, lantaran persebarannya yang terbatas di
pulau Sangihe dan beberapa pulau sekitarnya, burung pemakan madu ini pernah
dianggap sebagai burung paling langka di kawasan Wallacea (Indonesia bagian tengah). Burung ini dikenal dalam bahasa Inggris sebagai Elegant
Sunbird atau Sanghir Sunbird. Sedangkan dalam bahasa latin (ilmiah)
didiskripsikan sebagai Aethopyga duyvenbodei (Schlegel, 1871).
Dan ini sedikit deskripsinya. Burung ini berukuran
kecil sekitar 12 cm. Burung jantan memiliki bulu bagian kepala atas berwarna
hijau metalik dan biru, sekitar telinga berwarna ungu kebiruan sedangkan bagian
punggung berwarna kekuningan, dan tunggir dan tenggorokan kuning. Burung Madu
Sangihe (Aethopyga duyvenbodei) betina bagian atasnya berwarna zaitun
kekuningan, sedangkan bagian tunggir, tenggorokan, dan bagian bawah berwarna
kuning. Paruhnya relatif panjang dan melengkung.
Ukuran Elegant Sunbird yang kecil dan
gerakannya gesit sehingga terkadang sulit diamati. Burung ini sering kali di
dapati sendiri atau hidup berpasangan. Terkadang juga dalam kelompok-kelompok
kecil. Selain memakan madu burung ini juga makan serangga dan laba-laba. Suara burung ini belum terdiskripsikan dengan
pasti tapi cenderung tinggi. Persebaran burung Madu Sangihe terbatas (endemik) di
pulau Sangihe dan pulau-pulau sekitar di Sulawesi Utara. Beberapa lokasi yang
tercatat sebagai habitat burung ini antara lain Gunung Awu, Pegunungan
Sahendaruman, Tabukanlama, Petta, Tahuna, Ulung Peliang dan Kedang.

Habitat yang
disukai burung Madu Sangihe (Aethopyga duyvenbodei) antara lain hutan primer,
perkebunan campuran di tepi hutan dan hutan sekunder, semak-semak, mulai dari
dataran rendah hingga ketinggian sekitar 1000 m dpl. Populasi burung endemik Sulawesi Utara ini semakin
hari semakin menurun. Menurut data http://www.birdlife.org (2002) berdasarkan penlitian
lapangan pada 1998-1999, populasinya diperkirakan berkisar antara 18.900-43.800
ekor. Penurunan populasi ini diakibatkan oleh deforestasi
hutan akibat
perambahan hutan dan alih fungsi hutan.
Mengingat daerah sebarannya yang terbatas dan jumlah
populasinya yang semakin menurun, IUCN Redlist menetapkan Burung Madu Sangihe (Elegant
Sunbird) dalam status konservasi endangered (terancam punah). Oleh
pemerintah Indonesia, burung ini juga termasuk dalam burung yang dilindungi
berdasarkan PP No. 7
Tahun 1999.
Kesimpulannya,bagi kalian-kalian yang masih ingin
melihat keindahan dan kelincahan Burung Madu Sangihe selain harus datang ke
pulau Sangihe perlu juga menyiapkan tukang pijat, hehe. Karena saat mengamati
burung ini leher bisa terasa seperti patah lantaran terlalu lama mendongak ke
atas. Dan lagi kalian juga harus ikut serta melindungi mereka. O.K J
Referensi
dan gambar:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar