
Artikel kali ini aku
akan membahas keunikan salah satu burung dari pulau Sulawesi. Tapi kalian
jangan khawatir burung yang satu ini tetap burung endemik dari Indonesia kok.
Nah jangan bosan-bosan ya membacanya...kalian gak bakalan rugi kok...malahan
kalian akan mendapat sedikit ilmu... [J]
Burung maleo atau sering juga
disebut maleo senkawor adalah burung endemik (hanya hidup secara alami
di suatu kawasan) di Pulau Sulawesi. Burung ini punya keunikan yang lucu lo!
Ini dia keunikannya...
Burung ini endemik di
hutan tropis dataran rendah pulau Sulawesi seperti di Gorontalo (Bone Bolango
dan Pohuwato) dan Sulawesi Tengah (Sigi dan Banggai). Sejauh ini, ladang
peneluran hanya ditemukan di daerah yang memliki sejarah geologi yang
berhubungan dengan lempeng pasifik atau Australasia. Nama ilmiahnya adalah
Macrocephalon maleon yang berarti kepala besar. Burung maleo memiliki
tonjolan besar di atas kepala yang berfungsi untuk mendeteksi panas guna
menetaskan telurnya.
Konon setelah burung
maleo ini bertelur, ia langsung pingsan! Lucu kan? Maleo bersarang di daerah
pasir yang terbuka, daerah sekitar pantai gunung berapi dan daerah-daerah yang
hangat dari panas bumi untuk menetaskan telurnya. Besar telurnya kira-kira
5 hingga 8 kali lebih besar dari telur ayam kampung. Subhanallah.... apakah
kalian bisa membayangkan bukan betapa
besarnya telur burung ini?
Dan lagi, sesaat
setelah menetas, anak burung Maleo sudah bisa langsung terbang! Benar-benar
berkat kuasa dari-Nya. Berbeda dari anak burung lainnya, anak burung maleo
setelah menetas bulu sayapnya sudah seperti unggas dewasa. Hal ini karena
kandungan nutrisi di dalam telur maleo lima kali lipat dari telur unggas biasa.
Makanan burung maleo
terdiri dari aneka biji-bijian, buah, semut, kumbang serta berbagai jenis hewan
kecil anas bumi untuk menetaskan telurnya. Sementara itu pemangsa mereka adalah
ular, soa-soa atau biasa disebut biawak, kucing, anjing, babi, dan tikus.
Selain itu, manusia juga paling sering mengambil telur maleo dan memburunya.
Tidak heran jika
populasi burung maleo di Sulawesi mengalami penurunan sebesar 90%
semenjak tahun 1950-an. Berdasarkan pantauan di Cagar Alam Panua, Gorontalo dan
juga pengamatan di Tanjung Matop, Tolitoli, Sulawesi Tengah, jumlah populasi
dari maleo terus berkurang dari tahun ke tahun. Jumlahnya sekarang ini
diperkirakan kurang dari 10 ribu ekor. Makanya, satwa ini dinyatakan sebagai
satwa yang dilindungi. Bersyukurnya kita, karena pada akhirnya, Pemerintah
membuat pantai khusus untuk konservasi atau penyelamatan Burung Maleo
seluas 14 hektar yang terletak di Tanjung Binerean, Sulawesi Utara. Hal ini
dilakukan agar kelak semua orang bisa menikmati keunikan burung Maleo .
Amin...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar