Jumat, 29 Januari 2016

Si Burung Unik “Maleo”


Artikel kali ini aku akan membahas keunikan salah satu burung dari pulau Sulawesi. Tapi kalian jangan khawatir burung yang satu ini tetap burung endemik dari Indonesia kok. Nah jangan bosan-bosan ya membacanya...kalian gak bakalan rugi kok...malahan kalian akan mendapat sedikit ilmu... [J]

Burung maleo  atau sering juga disebut maleo senkawor adalah burung endemik (hanya hidup secara alami di suatu kawasan) di Pulau Sulawesi. Burung ini punya keunikan yang lucu lo! Ini dia keunikannya...

Burung ini endemik di hutan tropis dataran rendah pulau Sulawesi seperti di Gorontalo (Bone Bolango dan Pohuwato) dan Sulawesi Tengah (Sigi dan Banggai). Sejauh ini, ladang peneluran hanya ditemukan di daerah yang memliki sejarah geologi yang berhubungan dengan lempeng pasifik atau Australasia. Nama ilmiahnya adalah Macrocephalon maleon  yang berarti kepala besar. Burung maleo memiliki tonjolan besar di atas kepala yang berfungsi untuk mendeteksi panas guna menetaskan telurnya.

















Konon setelah burung maleo ini bertelur, ia langsung pingsan! Lucu kan? Maleo bersarang di daerah pasir yang terbuka, daerah sekitar pantai gunung berapi dan daerah-daerah yang hangat dari panas bumi untuk menetaskan telurnya. Besar telurnya kira-kira 5 hingga 8 kali lebih besar dari telur ayam kampung. Subhanallah.... apakah kalian bisa membayangkan  bukan betapa besarnya telur burung ini? 

Dan lagi, sesaat setelah menetas, anak burung Maleo sudah bisa langsung terbang! Benar-benar berkat kuasa dari-Nya. Berbeda dari anak burung lainnya, anak burung maleo setelah menetas bulu sayapnya sudah seperti unggas dewasa. Hal ini karena kandungan nutrisi di dalam telur maleo lima kali lipat dari telur unggas biasa.

Makanan burung maleo terdiri dari aneka biji-bijian, buah, semut, kumbang serta berbagai jenis hewan kecil anas bumi untuk menetaskan telurnya. Sementara itu pemangsa mereka adalah ular, soa-soa atau biasa disebut biawak, kucing, anjing, babi, dan tikus. Selain itu, manusia juga paling sering mengambil telur maleo dan memburunya.

Tidak heran jika populasi burung maleo di Sulawesi mengalami penurunan sebesar 90% semenjak tahun 1950-an. Berdasarkan pantauan di Cagar Alam Panua, Gorontalo dan juga pengamatan di Tanjung Matop, Tolitoli, Sulawesi Tengah, jumlah populasi dari maleo terus berkurang dari tahun ke tahun. Jumlahnya sekarang ini diperkirakan kurang dari 10 ribu ekor. Makanya, satwa ini dinyatakan sebagai satwa yang dilindungi. Bersyukurnya kita, karena pada akhirnya, Pemerintah membuat pantai khusus untuk konservasi atau penyelamatan Burung Maleo  seluas 14 hektar yang terletak di Tanjung Binerean, Sulawesi Utara. Hal ini dilakukan agar kelak semua orang bisa menikmati keunikan burung Maleo . Amin...



Tidak ada komentar:

Posting Komentar